Saat ini aku sudah duduk di Kelas 5. Aku sudah bukan anak
kelas 1 lagi dan bukan anak TK lagi. Aku sudah berani melangkahkan kakiku ke
dalam sekolah sendiri. Aku berani menyongsong hari-hariku bersama
teman-temanku. Aku berani menyusuri setiap lorong sekolah dan memasuki kelasku.
Aku sudah siap menerima segala bentuk tugas yang diberikan guruku. Jika aku
melakukan kesalahan, aku siap mendapat hukuman dan berjanji tak akan
mengulanginya lagi.
Tapi keberanianku sirna ketika aku melihat Mama dan Mama
dari teman-temanku terus menungguiku di depan pintu sekolah. Bahkan terkadang
aku melihat mama berada di depan kelasku saat pelajaran berlangsung. Saat itu,
entah kenapa aku berpikir Mama berat sekali melepasku. Mama seakan cemas dan khawatir
jika aku tak mampu melaksanakan kewajibanku sebagai seorang pelajar. Aku
berpikir Mama tak siap untuk melihatku tumbuh dewasa dan membahagiakan Mama
kelak.
Jika aku boleh meminta satu hal, tolong Mama memberikan
kepercayaan padaku untuk belajar mandiri. Aku hanya ingin Mama mengantarku
hingga di luar pagar sekolah. Mencium tangan Mama dan kemudian Mama melepasku
dengan hati yang lapang. Lalu Mama bisa melakukan hal lainnya tanpa terlalu
khawatir kepadaku.
Pintaku ini tak hanya untukku. Tapi juga untuk teman-temanku dan guru-guruku. Kulihat mereka kesulitan masuk ke dalam sekolah karena Mama menghalangi jalan mereka. Tak hanya itu, kulihat jalan di sekitar sekolah menjadi macet. Tentunya, polusi udara semakin besar akibat kemacetan ini.
Maaf Ma jika aku mengatakan hal yang demikian. Meski begitu
aku harus mengatakannya karena di sekolah aku diajarkan untuk berpikir kritis
demi hal kebaikan bersama. Bapak Ibu Guru mengajariku untuk menghargai
fasilitas umum agar kehidupan berjalan lancar.
Semoga Mama mau mengerti akan pintaku ini.
Tags
Catatanku